Kamis, 29 September 2016

BAHASA KARO BUKAN BAHASA BATAK

Mendapatkan peran sebagai seorang wanita Batak, dalam sebuah film religi, Yuki Kato mengungkapkan bahwa dirinya kesulitan untuk berbicara dengan dialek khas Batak.

Dalam peran tersebut, orang tuanya seorang Batak dan seorang Karo. Jadilah kita, para penonton, akan melihat secara langsung, bagaimana Bahasa Batak dan Bahasa Karo. Dua bahasa daerah yang tidak sama.
Pengalaman serupa, mengenai belajar bahasa Batak, juga dialami oleh artis lainnya. Yaitu Vino G Bastian, yang menjadi Jenderal Jamin Gintings (1921-1974) dalam film “3 Nafas Likas”.
Vino sampai melakukan riset untuk mengetahui perbedaan bahasa Karo dan bahasa Batak. Tidak lain dan tidak bukan, ini adalah tuntutan peran untuk berbahasa Karo.
Bahkan, bagi Vino, belajar bahasa Karo saja tidak cukup. Tetapi juga gesture Karo harus dipelajari.
Padahal bahasa Karo saja bukan hanya satu macam. Ada banyak sekali bahasa Karo, dengan perbedaan yang tidak sedikit di antaranya. Sebab itu, Vino akhirnya hanya menggunakan Bahasa Karo yang umum dipakai dan relatif sama.
Kenyataan ini disetujui pula oleh Yuki Kato yang bermain sebagai Shila dalam Cahaya Cinta Pesantren. Yang Yuki rasakan langsung, setiap orang di Medan logatnya berbeda-beda. Ternyata Batak banyak juga jenisnya, Yuki kemudian menyadari hal ini.
Bagaimana dengan artis yang berperan sebagai orang tua Shila di film CCP yang akan tayang mulai awal November 2016 nanti?
Ada Tabah Penemuan yang berperan sebagai Ayahnya Shila. Aktor berdarah Batak ini mulai dikenal oleh publik Indonesia sejak dekade tahun 1990an melalui berbagai sinetron yang dia perankan. Dalam film CCP, diceritakan bahwa peran Ayah Shila ini berbicara dalam bahasa Batak.
Tentu bukan sesuatu yang berat untuk Tabah, mengingat asal-usulnya sebagai keturunan Batak asli.
Tantangan lebih berat dialami oleh Artis yang berperan sebagai Ibu Shila, yaitu Elma Theana. Aktris kelahiran Jakarta seperti Elma Theana tentu harus mempelajari bahasa Karo secara seksama.
Kembali ke judul di atas.
Bahasa Karo adalah bahasa dari dan milik suku Karo. Suku yang jelas-jelas berbeda dari suku Batak. Jadi, Karo bukan Batak. Bahasa Karo juga berbeda dari bahasa Batak.
Siapa itu suku Karo?
Suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini juga dijadikan salah satu nama kabupaten di wilayah yang mereka diami, yaitu Kabupaten Karo.
Demikian pula dengan Berastagi. Wilayah di Sumatera Utara ini, didiami bukanlah oleh orang Batak. Tetapi oleh mereka yang lebih senang disebut sebagai orang Karo.
Kalau di Medan, bila ada orang di luar Sumatera Utara yang bertanya tentang Kota Medan, maka pertama sekali yang mereka ingat adalah Batak. Padahal tidak hanya ada Batak di sana, melainkan juga Karo.
Sekedar contoh perbedaan bahasa Karo dengan bahasa Batak. Kalau mengatakan Iya atau Ya, bahasa Karo-nya adalah UWE<, sedangkan dalam bahasa Toba, adalah OLO. Contoh lain adalah horas sebagai bahasa Batak, dengan “Mejuah-Juah” adalah bahasa Karo. Horas dan mejuah-juah adalah bukti nyata bahwa ada perbedaan bahasa di antara kedua suku tersebut. Horas itu semacam “selamat datang” dalam Bahasa Indonesia. Demikian dua contoh tersebut. Dalam banyak hal kesamaan kosakata, perbedaan makna di antara keduanya berbeda signifikan. Bahkan kesalahartiannya dapat mengakibatkan salah faham. Kita bisa menikmati indahnya perbedaan kesukuan kita, salah satunya adalah antara Karo dengan Batak, melalui film Cahaya Cinta Pesantren.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar