Part 5 : Ulama dan Santri di masa kini
Di era reformasi, kiprah kaum santri semakin diperhitungkan dalam interaksi riil sosial, politik dan budaya. Dalam kancah politik, kaum santri tidak lagi menjadi obyek dari kepentingan sesaat politisi dan partai politik, akan tetapi dinamika perpolitikan Indonesia diwarnai pula oleh politisi santri yang tidak lagi malu dengan identitas kesantriannya, atau munculnya partai-partai politik yang berbasis massa kaum sarungan.
Gaung komunitas santri dalam dedikasinya terhadap pembangunan bangsa nyata-nyata terlihat. KH. Abdurrahman Wahid adalah prseiden RI ke 4, ayahnya KH. Wahid Hasyim yang pernah menjabat sebagai Menteri agama. Mukti Ali dan Saefullah Yusuf adalah sosok santri senior yang sempat tampil dalam birokrasi pemerintahan pusat. Dalam dunia seni dan budaya, kita akan mengenal Acep Zamzam Noor (penyair asal pesantren Cipasung), atau KH. Musthafa Bisri (budayawan asal pesantren Rembang), yang kreasi dan inovasinya sangat mempengaruhi atmosfir seni dan budaya di Nusantara.
Dalam lingkup sosial masyarakat, setidaknya kita bisa melihat peran ormas-ormas berbasis kaum santri yang banyak mendampingi grass root dalam mengusung agenda reformasi agar benar-benar menyentuh kalangan bawah. Begitu juga bermunculannya lembaga swadaya masyarakat (LSM) banyak yang dimotori oleh kaum santri, baik LSM yang konsentrasi di bantuan hukum, lingkungan hidup, kerukunan umat beragama, ekonomi yang bergerak di bidang pendidikan.
Jelaslah bahwa Pesantren sepanjang sejarahnya, terlepas kekurangan dan kelemahanannya, telah memberikan sumbangan yang sangat penting dan berharga bagi masyarakat bangsa, bukan hanya dalam kerangka pembentukan karakter positif bagi individu-individu anak bangsa, melainkan juga bagi utuhnya sistem Negara Bangsa dengan seluruh pilar-pilarnya. Agaknya model pendidikan pesantren seperti ini, menarik sekaligus relevan untuk dijadikan bahan pemikiran dan inspirasi untuk kondisi Indonesia yang tengah dilanda krisis moral yang akut ini.
Gaung komunitas santri dalam dedikasinya terhadap pembangunan bangsa nyata-nyata terlihat. KH. Abdurrahman Wahid adalah prseiden RI ke 4, ayahnya KH. Wahid Hasyim yang pernah menjabat sebagai Menteri agama. Mukti Ali dan Saefullah Yusuf adalah sosok santri senior yang sempat tampil dalam birokrasi pemerintahan pusat. Dalam dunia seni dan budaya, kita akan mengenal Acep Zamzam Noor (penyair asal pesantren Cipasung), atau KH. Musthafa Bisri (budayawan asal pesantren Rembang), yang kreasi dan inovasinya sangat mempengaruhi atmosfir seni dan budaya di Nusantara.
Dalam lingkup sosial masyarakat, setidaknya kita bisa melihat peran ormas-ormas berbasis kaum santri yang banyak mendampingi grass root dalam mengusung agenda reformasi agar benar-benar menyentuh kalangan bawah. Begitu juga bermunculannya lembaga swadaya masyarakat (LSM) banyak yang dimotori oleh kaum santri, baik LSM yang konsentrasi di bantuan hukum, lingkungan hidup, kerukunan umat beragama, ekonomi yang bergerak di bidang pendidikan.
Jelaslah bahwa Pesantren sepanjang sejarahnya, terlepas kekurangan dan kelemahanannya, telah memberikan sumbangan yang sangat penting dan berharga bagi masyarakat bangsa, bukan hanya dalam kerangka pembentukan karakter positif bagi individu-individu anak bangsa, melainkan juga bagi utuhnya sistem Negara Bangsa dengan seluruh pilar-pilarnya. Agaknya model pendidikan pesantren seperti ini, menarik sekaligus relevan untuk dijadikan bahan pemikiran dan inspirasi untuk kondisi Indonesia yang tengah dilanda krisis moral yang akut ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar