Part 2 : Sejarah perjuangan
Memasuki abad ke-16 pelaut barat mulai berdatangan dengan motif awal melakukan hubungan ekonomi-perdagangan untuk mencari komoditas rempah-rempah yang mereka butuhkan. Diawali oleh portugis yang datang ke indonesia denganmengusung trilogi yang mendai semboyan mereka yaitu Gold, Glory, Gospel.
Mayoritas masyarakat pribumi saat kedatangan Belanda, Portugis, Spanyol, Inggris maupun bangasa Barat lainnya adalah masyarakat Islam. Masyarakat khawatir dan sadar atas bahaya ekspansi yang dilakukan bangsa barat, terutama belanda. Kesadaran tersebut menjadi spirit membangkitkan serangkaian perlawanan dari para penguasa dan masyarakat lokal.
Perlawanan terhadap belanda diselimuti oleh gerakan multi etnis yang terjiwai semangan dan ide keagamaan (Islam).
Tidak sedikit dari perjuangan bangsa yang dipelopori oleh ulama. Di jawa timur para ulama melakukan perlawanan kultural dengan memperkuat pembinaan danpendidikan di pesantren untuk mempersiapkan perlawanan jangka panjang.Pada era ini banyak ulama-ulama melakukan rihah keilmuan ke timur tengah dan berhasil membangun jaringan yang lebih luas, jejaring yang dibangun tersebut nantinya berkontribusi dalam pergerakan nasional.
Pada saat terjadinnya perang jawa (java orloog). Pada juli 1825 Belanda mengirimkan para serdadunya untuk menangkap pangeran diponegoro, namun gagal karena ia berhasil melarikan diri dan bersiap untuk mengobarkan perang kepada Belanda.
Dalam perlawanan ini didukung rakyat biasa dan ulama. Dari kalangan ulama dukungan penuh diberikan oleh kiyai Mojo, Surakarta dan Setot Ali Basya. Juga dari beberapa ulama di pesisir utara maupun jawa bagian timur antara lain kyai Umar Semarang, Kiyai Abdussalam Demak Jombang, kiyai Hasan Besyari Tegalsari Ponorogo dan lain sebagainya.
Sementara itu di Banten, pada tahun 1748 perlawanan dilakukan terhadap belanda sebagian besar wilayah banten berada dalam pengaruh dan penguasaan kaum perlawanan. Kedudukan VOC di sepanjang perbatasan Batavia juga dalam ancaman.
Dalam perlawanannya di Banten, kyai Tapa melakukan serangkaian aksi pembakaran dan pemusnahan perkebunan milik VOC dan milik orang eropa lainnya. Setahun kemudian pelawanan kyai Tapa ini berhasil dipatahkan, namun masih menyisakan serangkaian perlawanan secara sporadis terhadap Belanda di Selat Sunda, Bandung dan sekitarnya, serta bogor.
Mayoritas masyarakat pribumi saat kedatangan Belanda, Portugis, Spanyol, Inggris maupun bangasa Barat lainnya adalah masyarakat Islam. Masyarakat khawatir dan sadar atas bahaya ekspansi yang dilakukan bangsa barat, terutama belanda. Kesadaran tersebut menjadi spirit membangkitkan serangkaian perlawanan dari para penguasa dan masyarakat lokal.
Perlawanan terhadap belanda diselimuti oleh gerakan multi etnis yang terjiwai semangan dan ide keagamaan (Islam).
Tidak sedikit dari perjuangan bangsa yang dipelopori oleh ulama. Di jawa timur para ulama melakukan perlawanan kultural dengan memperkuat pembinaan danpendidikan di pesantren untuk mempersiapkan perlawanan jangka panjang.Pada era ini banyak ulama-ulama melakukan rihah keilmuan ke timur tengah dan berhasil membangun jaringan yang lebih luas, jejaring yang dibangun tersebut nantinya berkontribusi dalam pergerakan nasional.
Pada saat terjadinnya perang jawa (java orloog). Pada juli 1825 Belanda mengirimkan para serdadunya untuk menangkap pangeran diponegoro, namun gagal karena ia berhasil melarikan diri dan bersiap untuk mengobarkan perang kepada Belanda.
Dalam perlawanan ini didukung rakyat biasa dan ulama. Dari kalangan ulama dukungan penuh diberikan oleh kiyai Mojo, Surakarta dan Setot Ali Basya. Juga dari beberapa ulama di pesisir utara maupun jawa bagian timur antara lain kyai Umar Semarang, Kiyai Abdussalam Demak Jombang, kiyai Hasan Besyari Tegalsari Ponorogo dan lain sebagainya.
Sementara itu di Banten, pada tahun 1748 perlawanan dilakukan terhadap belanda sebagian besar wilayah banten berada dalam pengaruh dan penguasaan kaum perlawanan. Kedudukan VOC di sepanjang perbatasan Batavia juga dalam ancaman.
Dalam perlawanannya di Banten, kyai Tapa melakukan serangkaian aksi pembakaran dan pemusnahan perkebunan milik VOC dan milik orang eropa lainnya. Setahun kemudian pelawanan kyai Tapa ini berhasil dipatahkan, namun masih menyisakan serangkaian perlawanan secara sporadis terhadap Belanda di Selat Sunda, Bandung dan sekitarnya, serta bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar